Widget HTML #1

Ndodol, Tradisi yang Selalu Ada Saat Hajatan

kue dodol, tradisi jawa, ndodol, membuat kue dodol, dodol ketan, hajatan, kecamatan moga, budaya kecamatan moga, budaya jawa, tradisi masyarakat moga

Infomoga.com --
Di bulan antara Dzulkaidah dan Dzulhijjah seperti sekarang banyak orang melaksanakan hajatan. Baik itu pernikahan, sunatan, dan lain-lain. 

Bahkan, beberapa hari belakangan ini tersebar meme unik terkait ramainya musim kondangan atau hajatan dengan Harkonas singkatan dari Hari Kondangan Nasional...he..he..he..he.

Terlepas dari musim kondangan yang seperti tiada habisnya laksana tumbuhnya jamur di musim penghujan, ada panganan khas dan tradisi unik yang selalu menyertai hajatan. 

Salah satunya penganan khas tersebut adalah dodol. Selain itu cara membuatnya pun penuh makna dan filosofi.

Tradisi ndodol atau membuat dodol adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan masyarakat di Jawa, khususnya wilayah Kecamatan Moga dan sekitarnya di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. 

Tradisi ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan hajatan. Butuh berbagai persiapan dan bahan yang lumayan banyak tergantung seberapa besar kebutuhan hajatannya.

Proses masak yang sangat lama dan hanya orang-orang terbiasa melakukannya menjadikan tradisi ndodol menjadi unik.

Kue dodol memiliki rasa manis dan gurih, karena bahan utama pembuatan dodol ini adalah tepung beras ketan, gula merah dan santan kelapa. 

Teksturnya yang kenyal menjadi sensasi tersendiri ketika memakannya.

Proses Pembuatan Dodol 

Adapun proses pembuatan dodol dalam tradisi ndodol masyarakat wilayah Moga dan sekitarnya secara garis besar sebagai berikut:

Pertama, siapkan tungku pembakaran yang dibaut secara khusus, yakni dengan penopang bonggol pohon pisang dan wajan yang besar untuk memasak dodol yang terkenal dengan nama "Kenceng". 

Lalu siapkan juga balok kayu yang Panjang untuk alat pengaduk adonan.

Kemudian tuangkan santan ke dalam wajan, lalu masukkan gula merah tanpa harus menunggu air santan mendidih. Usahakan agar api pembakaran sedang, tidak terlalu besar atau terlalu kecil.

Selanjutnya, siapkan tepung beras yang sebelumnya sudah dicampurkan dengan air santan, Setelah itu tunggu sampai gula merah larut dalam air santan hingga mendidih, kemudian masukkan tepung beras yang sebelumnya sudah dilarutkan tersebut.

Langkah selanjutnya, aduk adonan dodol tesebut menggunakan balok khusus untuk mengaduk adonan. Menurut Tarma, proses mengaduk sampai adonan matang menjadi dodol lumayan memakan waktu yang lama, sekitar 3 hingga 4 jam.

Adonan yang sudah matang ditandai dengan teksturnya yang sudah mengeras dan berwarna coklat.

Setelah adonan matang, lalu siapkan tempat berupa tampah lebar dengan alas daun pisang yang sebelumnya sudah dilumuri minyak sayur agar dodol yang sudah mateng tidak lengket saat di tempatkan/

Kemudian, proses akhirnya ialah membentuk adona seperti lempengan-lempengan. Setelah adonan dingin dan mengeras, potong adonan dodol sesuai kebutuhan, dan dodol khas Moga siap disajikan.

Dodol ini pun biasanya juga dijadikan buah tangan dalam bingkisan yang diberikan ‘shohibul hajat’ kepada para tamu undangan.


Post a Comment for "Ndodol, Tradisi yang Selalu Ada Saat Hajatan"