Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Bioskop Moga, Jejak Romantisme Masa Lalu


Infomoga.com -- Moga, Dulu sekitar tahun 1980an, di Moga terdapat gedung bioskop yang sempat mengalami masa kejayaan ketika teknologi pemutaran film belum semaju sekarang. Moga Theater namanya.

Sebenarnya ada dua bioskop yang pernah berjaya dan menjadi tempat hiburan paling merakyat di wilayah Pemalang bagian Selatan. Yakni, gedung bioskop Djonoko Theater di Randudongkal, tempatnya persis di pertigaan dan Moga Theater di Moga.

Saat itu Moga Theater merupakan alternatif tempat nongkrong anak muda wilayah Kecamatan Moga dan sekitarnya, setelah bioskop Djanoko di Randudongkal.

Kini bangunan bioskop itu terlihat tinggal sisa reruntuhan, karena terbengkalai beberapa tahun lamanya sejak 1990-an. Kondisinya sisa bangunannya telah berlumut dan mangkrak. Di salah satu bekas dindingnya tertulis angka 1973.

Baca juga: Moga 72 tahun yang lalu...

Mungkin, bagi generasi milenial atau generasi sekarang banyak yang belum tahu kalau dulu gedung ini adalah gedung bioskop yang cukup terkenal pada masanya. Keberadaan gedung bioskop tersebut sempat menjadi idola, dan disambut hangat oleh masyarakat.


Selain murah, menonton bioskop saat itu menjadi pilihan yang asyik dan menyenangkan. Film-film India yang saat itu sedang booming menjadi salah satu suguhan utama. Bintang macam Amitabh Bachachan, Rekha, Sridevi begitu lekat dibenak masyarakat saat itu.

Tak ketinggalan film-film hasil karya anak bangsa dengan bangga menjadi sajian utama secara rutin di setiap gedung bioskop ini. Di antara film paling fenomenal adalah Nyi Roro Kidul Ratu Pantai Selatan yang dibintangi oleh aktris legendaris Suzanna, dan Jaka Sembung dibintangi Barry Prima.

Selain itu film komedi Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro), Ateng Sok Aksi, Ali Topan Anak Jalanan, Remaja 76, Usia 18, Gita Cinta Dari SMA, dan Taman Indah Puspa Hati.


Bagi masyarakat yang sempat menikmati masa itu, jelas terasa bahwa mengingat gedung bioskop tempo dulu seperti ada romantisme masa silam yang hilang.

Seperti kisah Joman (47) yang sekarang adalah seorang wiraswasta asal Desa Sima  mengatakan kalau habis nonton pada gatel badannya.

"Iya, dulu kalau habis nonton pada gatel, kursinya banyak kutu busuknya, pantat pada bentol pokoknya, tapi seneng banget waktu itu" katanya sambil terkekeh.

Ada lagi kebiasaan lucu dan  nakal yang sering dilakukan para penonton di dalam bioskop Moga Theater.

"Kalau lagi seru-serunya tiba-tiba ada bau pesing dan dilihat dibawah kursi ngalir air kencing penonton belakang, karena konstruksi lantai bioskopnya kan miring, jadi airnya mengalir sampai kursi depan," kenangnya.


Bioskop kala itu menjadi hiburan merakyat hampir di semua kalangan. Bahkan penikmatnya tidak mengenal usia, mulai keluarga bersama anak-anaknya, pelajar, pegawai hingga karyawan.

Sewaktu masih ada gedung bioskop, malam adalah waktu yang dinantikan. Baik bersama teman-temannya, maupun romantisme bersama pacar.

Bioskop tempo dulu memiliki sistem marketing yang unik dan sangat berkesan di masyarakat. Publikasi film tersebut dilakukan berkeliling menggunakan mobil yang dilengkapi speaker toa dan menyebarkan pamflet sepanjang jalan.

“Saksikan film di bioskop Moga Theater dengan judul Pengabdi Setan, dengan dibintangi oleh aktris panas Suzanna, yang akan diputar pada jam 2 Sore, 7 petang  dan 9 malam ” pengumuman film kala itu.

Marketing semacam itu memang masih konvensional dan jadul, tapi sangat berkesan di hati masyarakat. Fungsi dan tujuan publikasi pun terbukti sangat mengena.

Bioskop Moga Theater tersebut mulai gulung tikar pada medio akhir 1989-1990-an. Dari sebelumnya memutar film 3 kali dalam sehari, kemudian seminggu 3 kali, kemudian hanya pada akhir pekan saja.

Baca juga: Bus MOGA, Sejarah yang Tergilas Roda Peradaban

Sempat mati suri dan hanya memutar film saat hari lebaran saja dan akhirnya tutup sama sekali hingga sekarang. Kini tinggal kenangan yang terus membekas diingatan para penikmatnya kala itu.

Bioskop Moga Theater yang kini sudah terkubur punya alasan sendiri mengapa mereka kalah 'berperang' melawan zaman.

Yang pasti, di sekitar akhir tahun 1980-an ketika ada jaringan yang merajai peredaran film Indonesia, beberapa bioskop kuno salah satunya Moga Theater kewalahan dan memilih kalah atau mengalah.

Kelak di kemudian hari serbuan VCD dan DVD bajakan makin meruntuhkan bisnis perbioskopan di Indonesia, khusunya di Pemalang Selatan.

Post a Comment for "Bioskop Moga, Jejak Romantisme Masa Lalu"